Tuesday, April 17, 2007

Aqiqahan

Aqiqahan, sebagai salah satu sunnah Rasul, orang tua Icha pun ngadain acara itu. Menyembelih kambing, dimasak, lalu dibagi-bagikan ke family. Karena Icha cewek, makanya kambing yang dipotong cuman 1.

Sejak senin kemaren, 16 April 2007, aktivitas di rumah nenek Menganti sudah mulai kelihatan sibuk. Beberapa rewang (orang yang dipanggil untuk membantu masak-masak) sudah mulai menjalankan aksinya.

Selasa pagi, 17 April 2007, dapur sudah penuh sesak aktivitas masak-masak. Makin siang makin rame aja nih rumah. Nggak cuman para rewang yang sibuk masak. Sodara-sodara juga udah mulai datang membantu sebisanya. Ayah sendiri sejak pagi, sudah mondar-mandir beli ini beli itu.

Sekitar jam 10-an, Pakdhe Idris, Ayah, dan Tante Ninik tampak sibuk bikin sate. Perlu diketahui mereka bertiga ini pakar kalo urusan bikin sate. Dulu Pakdhe Idris pernah jualan sate. Kakek nenek Menganti juga pernah jualan sate. Jadi nggak heran kalo ayah dan tante Ninik cukup piawai bikin sate. Nggak sampe jam 12, sate-sate sudah selesai ditusuk. Tidak semua daging dijadikan sate. Karena sebagian dipotong-potong dicampurkan ke gule yang sudah terisi bagian-bagian lain dari kambing.

Jam sudah menunjukkan pukul 14 siang. Masakan sudah siap semua. Kue-kue juga sudah siap. Mulai dibungkusin dan dikemas untuk dibagi-bagikan ke sodara. Sodara-sodara Menganti ternyata banyak banget.

Di antara aktivitas bungkus membungkus, tamu-tamu juga mulai berdatangan. Pokoknya suasana rumah tuh rame bannget. Hiruk pikuk.

Sekitar jam 4, ayah berangkat ke Surabaya. Nganterin bingkisan ke famili yang di Surabaya. Termasuk ke kantor ayah yang di perak, rumah sakit Adi Husada tempat ibu kerja, kos-kosan ayah yang di Mojoklangru dan Gebang Wetan.

Sementara itu kakek nenek Karanggayam juga sudah dateng dan bantu-bantu kesibukan di rumah Menganti. Mertua dan suami tante Ninik juga tampak sibuk bantu-bantu sebisanya.

Selepas magrib, acara dimulai. Tetangga-tetangga pada berdatangan ngikutin acara diba' bersama. Rambut Icha juga dipotong. Halaman depan rumah penuh oleh para tamu yang datang. Sekitar jam 7-an acara berakhir. Di waktu yang bersamaan ayah juga baru dateng dari nganter-nganter ke Surabaya.

Berikutnya, orang-orang yang hadir di acara aqiqahan Icha psatu demi satu meninggalkan rumah Menganti. Kakek Nenek Karanggayam juga pamitan. Jam 9 malem, tinggal beberapa orang saja yang masih kelihatan bersih-bersih rumah.

Akhirnya, rumah Menganti sudah sepi. Pesta sudah berakhir, ayah juga kelihatan kecapekan. Lucunya, ayah sempet agak senewen, karena ketika mulai merasa laper, ternyata masakan dan kue sudah ludes semua. Beruntung masih ada beberapa tusuk sate yang akhirnya digunakan ayah untuk makan malem, serta sisa-sisa kuah yang masih tersisa. Ayah memang boleh menyantap sate tersebut, berbeda dengan Icha yang nggak boleh memakan daging hasil aqiqahan. Kalo pun boleh, Icha tentu belum bisa makan sate atau gule.

Ayah nampak makan dengan lahap. Wajar aja ayah memang hari itu cuman sarapan aja dan nggak sempet makan siang.

Wah, baru kali ini Icha ngelihat puluhan orang tumplek blek di rumah Menganti. Baru tahu nih kalo sodara Icha di Menganti itu benar-benar keluarga super besar.

No comments: