Sekitar jam 6-an, ibu harus diinfus supaya bisa kuat waktu ngeluarin aku nanti. Gitu aja ibu udah seperti antara hidup dan mati. Ibu ditemani nenek-nenekku. Sementara ayah sedang tidur, istirahat setelah semaleman nemenin ibu menghadapi masa-masa sulit.
Jam setengah tujuh, ketuban mulai pecah. Nenek Menganti langsung njemput ayah yang sedang istirahat di ruang 4B01. Oh ya, selama dalam masa persalinan ibu mendapatkan kamar di ruang 4B01.
Ayah langsung lari menuju ke ruang VK tempat ibu sedang ngadepin masa-masa menegangkan. Ayah langsung masuk, dan langsung tanggap dengan apa yang harus dilakukan.
Ibu, pasti capek dan sakit. Supaya aku bisa keluar, harus nunggu sampe 4 kali masa kontraksi. Padahal tiap-tiap kontraksi ibu harus menyambung nafas panjang dan mengejan (apa sih bahasa yang cocok ?) agar aku bisa keluar.
Dan ... tepat pukul 7 di jam tangan ayah (jam tangan ayah ngikutin jamnya dunia lho), atau jam 7 lewat 5 di jam dinding yang ada di ruang VK ...
Dengan dibantu bidan Vero akhirnya aku bisa perlahan-lahan keluar ke dunia fana ini. Mula-mula kepalaku keluar. Lalu bidan Vero menarik kepalaku sambil menekan perlahan perut ibu. Rupanya ada tali pusar yang melilit di leherku. Untung tidak apa-apa. Aku sendiri tidak tahu apa saja yang aku lalukan saat itu. Yang jelas ketika semua anggota tubuhku sudah keluar, tiba-tiba kedua kakiku di angkat ke atas, dan tubuhku yang masih biru dimainkan sedemikian rupa oleh tangan cekatan bidan Vero. Lalu tante pembantu perawat dengan sigap menyedot lendir-lendir yang ada di mulut dan hidungku.
oweeekkkk .... oweekkkk .. oweeekkkk ..... Assalaamualaikum ...
(hehehe tentunya aku belum bisa mengucap salam dengan benar dong)
Aku langsung bisa melihat wajah ibu yang dipenuhi dengan peluh, serta wajah ayah yang dihiasi dengan mata yang basah oleh air. Yang jelas ayah sedang tidak sedih waktu itu, mungkin itu kali ya yang dinamakan air mata bahagia.
Berikutnya aku langsung dibawa ke ruang lain untuk dibersihkan, dan setelah bersih aku diselimuti dan selanjutnya diserahkan ke nenek Menganti. Tante pembantu perawat memanggil ayah. Sementara aku hanya bisa menangis. Entah apa yang aku rasakan saat itu.
Aku lahir dengan berat badan 3.6kg, dan tinggi badan 50cm. Kakek Nenek Karanggayam dan Nenek Menganti pada bilang kalo aku ini mirip banget ama ayah.
Tampak ayah berjalan mendekat, selanjutnya ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kananku. Dan ... rupanya ayah adzan. Memang adzannya ayah nggak begitu merdu. Tapi cukup membuatku terharu dan diam sesaat untuk menyimaknya. Selanjutnya ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kiriku. Ayah iqomat di telinga kiriku.
Setelah itu, aku digendong sebentar oleh ayah. Selanjutnya aku diserahkan ke kakek Karanggayam. Kakek pasti sangat gembira. Kelihatan deh dari raut mukanya.
Sudah ya semuanya. Segitu dulu yang bisa aku ceritakan. Doakan ya Icha bisa tumbuh menjadi anak yang berbakti pada ayah dan ibu. Menjadi anak yang sholehah dan diberi kekuatan iman oleh Allah SWT. Amiin.
Jam setengah tujuh, ketuban mulai pecah. Nenek Menganti langsung njemput ayah yang sedang istirahat di ruang 4B01. Oh ya, selama dalam masa persalinan ibu mendapatkan kamar di ruang 4B01.
Ayah langsung lari menuju ke ruang VK tempat ibu sedang ngadepin masa-masa menegangkan. Ayah langsung masuk, dan langsung tanggap dengan apa yang harus dilakukan.
Ibu, pasti capek dan sakit. Supaya aku bisa keluar, harus nunggu sampe 4 kali masa kontraksi. Padahal tiap-tiap kontraksi ibu harus menyambung nafas panjang dan mengejan (apa sih bahasa yang cocok ?) agar aku bisa keluar.
Dan ... tepat pukul 7 di jam tangan ayah (jam tangan ayah ngikutin jamnya dunia lho), atau jam 7 lewat 5 di jam dinding yang ada di ruang VK ...
Dengan dibantu bidan Vero akhirnya aku bisa perlahan-lahan keluar ke dunia fana ini. Mula-mula kepalaku keluar. Lalu bidan Vero menarik kepalaku sambil menekan perlahan perut ibu. Rupanya ada tali pusar yang melilit di leherku. Untung tidak apa-apa. Aku sendiri tidak tahu apa saja yang aku lalukan saat itu. Yang jelas ketika semua anggota tubuhku sudah keluar, tiba-tiba kedua kakiku di angkat ke atas, dan tubuhku yang masih biru dimainkan sedemikian rupa oleh tangan cekatan bidan Vero. Lalu tante pembantu perawat dengan sigap menyedot lendir-lendir yang ada di mulut dan hidungku.
oweeekkkk .... oweekkkk .. oweeekkkk ..... Assalaamualaikum ...
(hehehe tentunya aku belum bisa mengucap salam dengan benar dong)
Aku langsung bisa melihat wajah ibu yang dipenuhi dengan peluh, serta wajah ayah yang dihiasi dengan mata yang basah oleh air. Yang jelas ayah sedang tidak sedih waktu itu, mungkin itu kali ya yang dinamakan air mata bahagia.
Berikutnya aku langsung dibawa ke ruang lain untuk dibersihkan, dan setelah bersih aku diselimuti dan selanjutnya diserahkan ke nenek Menganti. Tante pembantu perawat memanggil ayah. Sementara aku hanya bisa menangis. Entah apa yang aku rasakan saat itu.
Aku lahir dengan berat badan 3.6kg, dan tinggi badan 50cm. Kakek Nenek Karanggayam dan Nenek Menganti pada bilang kalo aku ini mirip banget ama ayah.
Tampak ayah berjalan mendekat, selanjutnya ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kananku. Dan ... rupanya ayah adzan. Memang adzannya ayah nggak begitu merdu. Tapi cukup membuatku terharu dan diam sesaat untuk menyimaknya. Selanjutnya ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kiriku. Ayah iqomat di telinga kiriku.
Setelah itu, aku digendong sebentar oleh ayah. Selanjutnya aku diserahkan ke kakek Karanggayam. Kakek pasti sangat gembira. Kelihatan deh dari raut mukanya.
Sudah ya semuanya. Segitu dulu yang bisa aku ceritakan. Doakan ya Icha bisa tumbuh menjadi anak yang berbakti pada ayah dan ibu. Menjadi anak yang sholehah dan diberi kekuatan iman oleh Allah SWT. Amiin.
No comments:
Post a Comment