Monday, October 15, 2007
Saturday, September 22, 2007
Monday, September 3, 2007
Wednesday, August 29, 2007
Berantem ama Pilek
Ceritanya ayah baru aja pulang dari Sorong. Kamis malem, 23 Agustus 2007. Tapi ayah nggak njemput Dissya langsung. Selama ayah di Sorong, Dissya ama Ibu di rumah Nenek Karanggayam. Ibu sendiri langsung nemenin ayah di rumah, sementara Dissya tetep tinggal di Karanggayam. Besoknya, Jumat malem, Dissya dijemput ayah.
Sejak sebelum ayah ke Sorong, sebenernya Dissya udah mulai pilek-pilek gitu. Makanya jadual imunisasi harus ditunda. Ternyata sampe ayah pulang dari Sorong, Dissya masih juga sakit. Walau sakitnya nggak terlalu parah, tapi cukup merepotkan.
Sabtu sore, Dissya berkunjung ke rumah Nenek Menganti. Di sana ketemu adek Lia yang ternyata juga sedang sakit. Sakitnya sakit panas. Ternyata sedang musim sakit ya. Minggu sorenya, Dissya pulang lagi ke rumah.
Pilek yang Dissya derita, ternyata belum juga hilang. Malahan hari Senin-nya, kondisi sakit Dissya agak memburuk. Ayah dan Ibu sampe kerepotan gantian menangani Dissya. Siangnya Ibu dibikin nggak bisa tidur karena rewel terus, sementara Ayah harus kerja. Sementara malemnya Ayah dibikin nggak bisa tidur nemenin Dissya, karena Ibu harus kerja yang kebetulan sedang shift malem.
Untunglah memasuki hari Rabu, kondisi Dissya sudah mulai pulih. Alhamdulillah. Tapi, tetep aja rencana imunisasi masih harus ditunda, nunggu Dissya benar-benar sembuh.
Sejak sebelum ayah ke Sorong, sebenernya Dissya udah mulai pilek-pilek gitu. Makanya jadual imunisasi harus ditunda. Ternyata sampe ayah pulang dari Sorong, Dissya masih juga sakit. Walau sakitnya nggak terlalu parah, tapi cukup merepotkan.
Sabtu sore, Dissya berkunjung ke rumah Nenek Menganti. Di sana ketemu adek Lia yang ternyata juga sedang sakit. Sakitnya sakit panas. Ternyata sedang musim sakit ya. Minggu sorenya, Dissya pulang lagi ke rumah.
Pilek yang Dissya derita, ternyata belum juga hilang. Malahan hari Senin-nya, kondisi sakit Dissya agak memburuk. Ayah dan Ibu sampe kerepotan gantian menangani Dissya. Siangnya Ibu dibikin nggak bisa tidur karena rewel terus, sementara Ayah harus kerja. Sementara malemnya Ayah dibikin nggak bisa tidur nemenin Dissya, karena Ibu harus kerja yang kebetulan sedang shift malem.
Untunglah memasuki hari Rabu, kondisi Dissya sudah mulai pulih. Alhamdulillah. Tapi, tetep aja rencana imunisasi masih harus ditunda, nunggu Dissya benar-benar sembuh.
Saturday, August 25, 2007
Saturday, July 21, 2007
Imunisasi DPT
Kamis, 19 Juli 2007, untuk kali pertama Dissya imunisasi DPT. Sebelum imunisasi dilakukan terlebih dahulu Dissya diperiksa suhu tubuhnya, and nggak lupa ditimbang. Dissya ternyata udah 7.1kg. Wah agak keberatan dikit nih. Brarti Dissya harus mulai diet, hehehe ...
Sebenarnya imunisasi DPT yang pertama ini ada 2 macem. Yang biasa atau yang premium. Disebut premium karena emang agak mahal.
Yang biasa, nggak perlu bayar, free. Pelaksanaannya bersamaan dengan imunisasi hepatitis B yang kedua. Biasanya setelah imunisasi ini, ada dampak suhu badan meningkat. Bagi kebanyakan orang tua sekarang sudah mulai meninggalkan pilihan ini. Mereka beranggapan, keluar uang agak banyak sedikit nggak papa, yang penting resiko dampak pada anak akibat imunisasi tidak sampai terlalu merepotkan.
Yang premium, harus beli obatnya. Namanya infanrix. Harganya 200 ribu-an. Untuk menggunakan imunisasi jenis ini, terlebih dahulu harus mendapatkan rekomendasi dahulu dari dokter.
Nah, ayah Dissya lebih memilih yang premium itu. Dan ternyata, hingga hari ini Dissya sehat-sehat aja. Emang sih pada 1 harian kmaren, setelah imunisasi, Dissya agak nggak nyaman. Rasanya gimana gitu. Ayah ama ibu sampe sering ketawa-ketawa berdua ngeliatin Dissya yang lagi manyun.
Btw, slain imunisasi DPT, Dissya skalian ndapetin imunisasi Polio lagi. Brarti ini adalah imunisasi polio Dissya yang kedua. Imunisasi polio caranya adalah dengan diteteskan 2-3 tetes melalui mulut. Abis imunisasi ini, Dissya nggak boleh minum apa-apa selama lebih kurang 15 menit.
Sebenarnya imunisasi DPT yang pertama ini ada 2 macem. Yang biasa atau yang premium. Disebut premium karena emang agak mahal.
Yang biasa, nggak perlu bayar, free. Pelaksanaannya bersamaan dengan imunisasi hepatitis B yang kedua. Biasanya setelah imunisasi ini, ada dampak suhu badan meningkat. Bagi kebanyakan orang tua sekarang sudah mulai meninggalkan pilihan ini. Mereka beranggapan, keluar uang agak banyak sedikit nggak papa, yang penting resiko dampak pada anak akibat imunisasi tidak sampai terlalu merepotkan.
Yang premium, harus beli obatnya. Namanya infanrix. Harganya 200 ribu-an. Untuk menggunakan imunisasi jenis ini, terlebih dahulu harus mendapatkan rekomendasi dahulu dari dokter.
Nah, ayah Dissya lebih memilih yang premium itu. Dan ternyata, hingga hari ini Dissya sehat-sehat aja. Emang sih pada 1 harian kmaren, setelah imunisasi, Dissya agak nggak nyaman. Rasanya gimana gitu. Ayah ama ibu sampe sering ketawa-ketawa berdua ngeliatin Dissya yang lagi manyun.
Btw, slain imunisasi DPT, Dissya skalian ndapetin imunisasi Polio lagi. Brarti ini adalah imunisasi polio Dissya yang kedua. Imunisasi polio caranya adalah dengan diteteskan 2-3 tetes melalui mulut. Abis imunisasi ini, Dissya nggak boleh minum apa-apa selama lebih kurang 15 menit.
Friday, July 6, 2007
Saturday, June 30, 2007
15 Hari Jauh Dari Ayah
Sejak Dissya lahir, baru kali ini ayah pergi kerja sampe 15 hari alias setengah bulan. Ayah, kapan pulang ? Dissya kangen nih ....
Tuesday, June 26, 2007
udah 3 bulan
Tanggal 23 Juni, Dissya udah genap 3 bulan. Udah lumayan gedhe. Udah 6.5 kg. Udah tambah pinter. Udah macem2 deh pokoknya.
Senyum Dissya manis banget kan ...
Padahal rambutnya masih blum tumbuh banyak, setelah digundulin ama ibu. Maksudnya sih biar bisa bagus tumbuhnya.
Tuh kan udah panjang kakinya Dissya.
Senyum Dissya manis banget kan ...
Padahal rambutnya masih blum tumbuh banyak, setelah digundulin ama ibu. Maksudnya sih biar bisa bagus tumbuhnya.
Tuh kan udah panjang kakinya Dissya.
Friday, June 1, 2007
Dari Icha Menjadi Dissya
Selama ini orang-orang pada manggil Icha ke aku. Gimana nggak, lha wong yang memproklamirkan ya Ayah dan Ibu sendiri. Tapi dengan banyaknya kejadian yang membuat ayah dan ibu menemukan anak lain yang dipanggil sama, Icha, maka setelah itu ayah memastikan akan memanggil Dissya ke aku. Bukan Icha lagi.
Kamis, 31 Mei 2007, jam 9.00, ayah dan ibu resmi manggil aku Dissya. Gitu aja kadang-kadang ibu masih sering keliru manggil. Begitu juga dengan Nenek Karanggayam. Walau sudah dikasih tau, tapi masih sering keliru manggil.
Tapi ayah dan ibu nggak mau nyerah, jadi akhirnya sekarang mereka sudah kompak nggak salah lagi manggil aku. Dissya .....
Kamis, 31 Mei 2007, jam 9.00, ayah dan ibu resmi manggil aku Dissya. Gitu aja kadang-kadang ibu masih sering keliru manggil. Begitu juga dengan Nenek Karanggayam. Walau sudah dikasih tau, tapi masih sering keliru manggil.
Tapi ayah dan ibu nggak mau nyerah, jadi akhirnya sekarang mereka sudah kompak nggak salah lagi manggil aku. Dissya .....
Saturday, May 19, 2007
Ngeblog Lagi Nih
Udah ampir 1 bulan nih Icha nggak ngeblog. Abis ayah yang biasa mbantuin ngetik lagi super sibuk. Jadi baru kali ini deh Icha ngeblog lagi.
Icha skarang udah besar. Udah 5kg lebih. Tapi akhir-akhir ini Icha agak sering sakit. Ya pilek, ya batuk. Emang sih gak parah-parah amat, tapi gara-gara ini Icha sampe harus tertunda untuk imunisasi lagi.
Ibu skarang juga udah mulai kerja. Emang sih ayah keberatan kl ibu kerja, karena nggak bisa nemenin icha terus. Dan nggak bisa fokus ama keluarga. Tapi akhirnya ayah mau ngalah. Ibu tetep kerja seperti sedia kala.
Jadi karena ibu harus kerja, dan ayah juga harus kerja and nggak bisa nemenih Icha, akhirnya Icha hampir tiap hari harus mondar-mandir untuk dititipin ke nenek Karanggayam.
Oh ya, skarang Icha udah mulai pinter ngikutin omongan orang-orang lho. Icha juga udah mulai bisa ngangkat kepala, walo cuman sedikit-sedikit. Icha juga udah bisa ndengerin juz amma yang sering diputer ayah pake mp3 player. Tiap Icha rewel, pasti senjata ayah nyetelin Icha surat-surat Al-Quran.
Lucunya lagi, ayah tuh gak bisa meninabobokan Icha. Jadi sering kali ayah mbaca surat apa aja yang diapalin supaya Icha mau bobok. Kadang ayah sampe ketiduran gendong Icha, tapi Icha tetep blum bobok.
Ibu juga gitu, kadang ngelonin Icha sampe ketiduran. Tapi Icha tetep aja gak mau tidur. Icha emang tergolong susah tidur. Hehehe ...
Udahan dulu ah, sampai jumpa lagi ...
Icha skarang udah besar. Udah 5kg lebih. Tapi akhir-akhir ini Icha agak sering sakit. Ya pilek, ya batuk. Emang sih gak parah-parah amat, tapi gara-gara ini Icha sampe harus tertunda untuk imunisasi lagi.
Ibu skarang juga udah mulai kerja. Emang sih ayah keberatan kl ibu kerja, karena nggak bisa nemenin icha terus. Dan nggak bisa fokus ama keluarga. Tapi akhirnya ayah mau ngalah. Ibu tetep kerja seperti sedia kala.
Jadi karena ibu harus kerja, dan ayah juga harus kerja and nggak bisa nemenih Icha, akhirnya Icha hampir tiap hari harus mondar-mandir untuk dititipin ke nenek Karanggayam.
Oh ya, skarang Icha udah mulai pinter ngikutin omongan orang-orang lho. Icha juga udah mulai bisa ngangkat kepala, walo cuman sedikit-sedikit. Icha juga udah bisa ndengerin juz amma yang sering diputer ayah pake mp3 player. Tiap Icha rewel, pasti senjata ayah nyetelin Icha surat-surat Al-Quran.
Lucunya lagi, ayah tuh gak bisa meninabobokan Icha. Jadi sering kali ayah mbaca surat apa aja yang diapalin supaya Icha mau bobok. Kadang ayah sampe ketiduran gendong Icha, tapi Icha tetep blum bobok.
Ibu juga gitu, kadang ngelonin Icha sampe ketiduran. Tapi Icha tetep aja gak mau tidur. Icha emang tergolong susah tidur. Hehehe ...
Udahan dulu ah, sampai jumpa lagi ...
Wednesday, April 25, 2007
Icha Ke Rumah Icha Sendiri
Mulai Senin kmaren, ayah dan ibu udah mulai rencana pulang ke rumah Kertajaya. Tapi belum jelas gimana rencananya.
Nah, rabu ini, 25 April 2007, sekitar jam 8, ayah dan ibu memastikan kalo hari ini kami semua akan pulang ke rumah Kertajaya. Rumah ayah dan ibu, walau cuman ngontrak. Hehehe.
Jam 9-an, ayah telepon ke nenek Menganti yang sedang ada di pasar. Ngabarin tentang rencana pulang ke Kertajaya. Waktu itu, di rumah Menganti sudah ada dek Lia, anaknya Tante Ninik. Dek Lia emang udah 4 tahun umurnya, tapi Icha tetep manggil dek, karena kita orang Jawa dan mengenal istilah "pernah".
Denger-denger ayah ngobrol ama dek Lia, ngasih tau kalo hari ini Icha mau pulang ke Surabaya lagi. Begitu denger kabar tersebut, dek Lia langsung ngambek. Padahal sebelumnya tetep ceria seperti biasa. Lucunya lagi dek Lia langsung nyeletuk, "Ntar Lia mau minta adek sendiri ke Mama".
Sekitar jam 10-an nenek Menganti pulang dari pasar. Sempet menyayangkan juga kalo Icha mau dibawa ke Surabaya hari ini, mauanya nenek sih nunggu sampe selapan. Selapan itu nunggu sampe ketemu hari dan pasaran yang sama dengan hari dan pasaran Icha waktu lahir. Karena 26 Maret 2007 jatuh pada Senin Pahing, makanya selapannya adalah kalo ketemu Senin Pahing lagi. Yaitu tanggal 4 Mei 2007.
Tapi rencana ke Kertajaya tetep tidak berubah. Akhirnya nenek malah menawarkan diri untuk ikut ke Surabaya. Lalu Mbah Yut juga mau ikut-ikutan nganter. Nenek juga ngajak dek Lia plus Tante Ninik sekalian. Akhirnya jadi rombongan besar deh. Kami semua berangkat ke Kertayaja naik taksi, kecuali ayah. Karena ayah tetep naik Pio birunya yang kayaknya udah dua mingguan nggak pernah dicuci. Abis, kotor banget sih.
Sesampai di Kertajaya, liat ayah udah di rumah itu sambil bersih-bersih. Padahal kemaren-kemaren ayah udah bilang kalo rumah sudah bersih. Nah lho,...
Akhirnya ayah dibantuin ama Nenek Menganti bersih-bersih rumah. Sementara yang lain sibuk ngerumpi sambil liat-liat suasana rumah Kertajaya. Karena pada laper, abang bakso yang lagi lewat langsung jadi sasaran pelampiasan.
Dengan susah payah, rumah bisa bersih juga. Padahal sebelumnya kotornya minta ampun. Kapal pecah aja mungkin kalah deh. Tumben nih ayah bisa jorok kayak gini. Semua sudah pada istirahat. Mbah Yut juga udah bobok di kamar belakang.
Sorenya, setelah semua pada mandi, akhirnya Nenek Menganti, Mbah Yut, Tante Ninik, ama dek Lia pamitan pulang. Sebelum pulang Tante Ninik masih sempat nyetop Burger Ria yang lagi lewat. Karena ibu nggak mau waktu ditawarin, akhirnya cuman ayah yang dibelikan.
Nah, rabu ini, 25 April 2007, sekitar jam 8, ayah dan ibu memastikan kalo hari ini kami semua akan pulang ke rumah Kertajaya. Rumah ayah dan ibu, walau cuman ngontrak. Hehehe.
Jam 9-an, ayah telepon ke nenek Menganti yang sedang ada di pasar. Ngabarin tentang rencana pulang ke Kertajaya. Waktu itu, di rumah Menganti sudah ada dek Lia, anaknya Tante Ninik. Dek Lia emang udah 4 tahun umurnya, tapi Icha tetep manggil dek, karena kita orang Jawa dan mengenal istilah "pernah".
Denger-denger ayah ngobrol ama dek Lia, ngasih tau kalo hari ini Icha mau pulang ke Surabaya lagi. Begitu denger kabar tersebut, dek Lia langsung ngambek. Padahal sebelumnya tetep ceria seperti biasa. Lucunya lagi dek Lia langsung nyeletuk, "Ntar Lia mau minta adek sendiri ke Mama".
Sekitar jam 10-an nenek Menganti pulang dari pasar. Sempet menyayangkan juga kalo Icha mau dibawa ke Surabaya hari ini, mauanya nenek sih nunggu sampe selapan. Selapan itu nunggu sampe ketemu hari dan pasaran yang sama dengan hari dan pasaran Icha waktu lahir. Karena 26 Maret 2007 jatuh pada Senin Pahing, makanya selapannya adalah kalo ketemu Senin Pahing lagi. Yaitu tanggal 4 Mei 2007.
Tapi rencana ke Kertajaya tetep tidak berubah. Akhirnya nenek malah menawarkan diri untuk ikut ke Surabaya. Lalu Mbah Yut juga mau ikut-ikutan nganter. Nenek juga ngajak dek Lia plus Tante Ninik sekalian. Akhirnya jadi rombongan besar deh. Kami semua berangkat ke Kertayaja naik taksi, kecuali ayah. Karena ayah tetep naik Pio birunya yang kayaknya udah dua mingguan nggak pernah dicuci. Abis, kotor banget sih.
Sesampai di Kertajaya, liat ayah udah di rumah itu sambil bersih-bersih. Padahal kemaren-kemaren ayah udah bilang kalo rumah sudah bersih. Nah lho,...
Akhirnya ayah dibantuin ama Nenek Menganti bersih-bersih rumah. Sementara yang lain sibuk ngerumpi sambil liat-liat suasana rumah Kertajaya. Karena pada laper, abang bakso yang lagi lewat langsung jadi sasaran pelampiasan.
Dengan susah payah, rumah bisa bersih juga. Padahal sebelumnya kotornya minta ampun. Kapal pecah aja mungkin kalah deh. Tumben nih ayah bisa jorok kayak gini. Semua sudah pada istirahat. Mbah Yut juga udah bobok di kamar belakang.
Sorenya, setelah semua pada mandi, akhirnya Nenek Menganti, Mbah Yut, Tante Ninik, ama dek Lia pamitan pulang. Sebelum pulang Tante Ninik masih sempat nyetop Burger Ria yang lagi lewat. Karena ibu nggak mau waktu ditawarin, akhirnya cuman ayah yang dibelikan.
Sunday, April 22, 2007
Icha Sakit
Malem kemaren, Sabtu 21 April 2007, sekitar jam 9-an, ayah berangkat ke Surabaya. Rencananya ayah mau ke Sepang. Eh salah, maksudnya Sampang - Madura. Karena rencana berangkat pagi-pagi banget, makanya sejak kmaren malem ayah sudah berangkat ke rumah Kertajaya.
Paginya, badan Icha terasa nggak enak banget. Icha jadi males mimik susu ASI. Icha juga susah bobok. Walau tetep Icha nggak begitu rewel seperti biasanya. Ibu sudah tampak gelisah dan mulai telpon-telponan ama ayah yang sedang berada di Sampang.
Agak siangan, Icha akhirnya dibawa ibu ke bidan. Dianterin ama tante Ninik. Setelah minum obat, akhirnya Icha agak membaik. Makin siang makin baik. Sudah mulai senang minum susu ASI lagi. Mudah-mudahan Icha tambah baikan.
Paginya, badan Icha terasa nggak enak banget. Icha jadi males mimik susu ASI. Icha juga susah bobok. Walau tetep Icha nggak begitu rewel seperti biasanya. Ibu sudah tampak gelisah dan mulai telpon-telponan ama ayah yang sedang berada di Sampang.
Agak siangan, Icha akhirnya dibawa ibu ke bidan. Dianterin ama tante Ninik. Setelah minum obat, akhirnya Icha agak membaik. Makin siang makin baik. Sudah mulai senang minum susu ASI lagi. Mudah-mudahan Icha tambah baikan.
Tuesday, April 17, 2007
Aqiqahan
Aqiqahan, sebagai salah satu sunnah Rasul, orang tua Icha pun ngadain acara itu. Menyembelih kambing, dimasak, lalu dibagi-bagikan ke family. Karena Icha cewek, makanya kambing yang dipotong cuman 1.
Sejak senin kemaren, 16 April 2007, aktivitas di rumah nenek Menganti sudah mulai kelihatan sibuk. Beberapa rewang (orang yang dipanggil untuk membantu masak-masak) sudah mulai menjalankan aksinya.
Selasa pagi, 17 April 2007, dapur sudah penuh sesak aktivitas masak-masak. Makin siang makin rame aja nih rumah. Nggak cuman para rewang yang sibuk masak. Sodara-sodara juga udah mulai datang membantu sebisanya. Ayah sendiri sejak pagi, sudah mondar-mandir beli ini beli itu.
Sekitar jam 10-an, Pakdhe Idris, Ayah, dan Tante Ninik tampak sibuk bikin sate. Perlu diketahui mereka bertiga ini pakar kalo urusan bikin sate. Dulu Pakdhe Idris pernah jualan sate. Kakek nenek Menganti juga pernah jualan sate. Jadi nggak heran kalo ayah dan tante Ninik cukup piawai bikin sate. Nggak sampe jam 12, sate-sate sudah selesai ditusuk. Tidak semua daging dijadikan sate. Karena sebagian dipotong-potong dicampurkan ke gule yang sudah terisi bagian-bagian lain dari kambing.
Jam sudah menunjukkan pukul 14 siang. Masakan sudah siap semua. Kue-kue juga sudah siap. Mulai dibungkusin dan dikemas untuk dibagi-bagikan ke sodara. Sodara-sodara Menganti ternyata banyak banget.
Di antara aktivitas bungkus membungkus, tamu-tamu juga mulai berdatangan. Pokoknya suasana rumah tuh rame bannget. Hiruk pikuk.
Sekitar jam 4, ayah berangkat ke Surabaya. Nganterin bingkisan ke famili yang di Surabaya. Termasuk ke kantor ayah yang di perak, rumah sakit Adi Husada tempat ibu kerja, kos-kosan ayah yang di Mojoklangru dan Gebang Wetan.
Sementara itu kakek nenek Karanggayam juga sudah dateng dan bantu-bantu kesibukan di rumah Menganti. Mertua dan suami tante Ninik juga tampak sibuk bantu-bantu sebisanya.
Selepas magrib, acara dimulai. Tetangga-tetangga pada berdatangan ngikutin acara diba' bersama. Rambut Icha juga dipotong. Halaman depan rumah penuh oleh para tamu yang datang. Sekitar jam 7-an acara berakhir. Di waktu yang bersamaan ayah juga baru dateng dari nganter-nganter ke Surabaya.
Berikutnya, orang-orang yang hadir di acara aqiqahan Icha psatu demi satu meninggalkan rumah Menganti. Kakek Nenek Karanggayam juga pamitan. Jam 9 malem, tinggal beberapa orang saja yang masih kelihatan bersih-bersih rumah.
Akhirnya, rumah Menganti sudah sepi. Pesta sudah berakhir, ayah juga kelihatan kecapekan. Lucunya, ayah sempet agak senewen, karena ketika mulai merasa laper, ternyata masakan dan kue sudah ludes semua. Beruntung masih ada beberapa tusuk sate yang akhirnya digunakan ayah untuk makan malem, serta sisa-sisa kuah yang masih tersisa. Ayah memang boleh menyantap sate tersebut, berbeda dengan Icha yang nggak boleh memakan daging hasil aqiqahan. Kalo pun boleh, Icha tentu belum bisa makan sate atau gule.
Ayah nampak makan dengan lahap. Wajar aja ayah memang hari itu cuman sarapan aja dan nggak sempet makan siang.
Wah, baru kali ini Icha ngelihat puluhan orang tumplek blek di rumah Menganti. Baru tahu nih kalo sodara Icha di Menganti itu benar-benar keluarga super besar.
Sejak senin kemaren, 16 April 2007, aktivitas di rumah nenek Menganti sudah mulai kelihatan sibuk. Beberapa rewang (orang yang dipanggil untuk membantu masak-masak) sudah mulai menjalankan aksinya.
Selasa pagi, 17 April 2007, dapur sudah penuh sesak aktivitas masak-masak. Makin siang makin rame aja nih rumah. Nggak cuman para rewang yang sibuk masak. Sodara-sodara juga udah mulai datang membantu sebisanya. Ayah sendiri sejak pagi, sudah mondar-mandir beli ini beli itu.
Sekitar jam 10-an, Pakdhe Idris, Ayah, dan Tante Ninik tampak sibuk bikin sate. Perlu diketahui mereka bertiga ini pakar kalo urusan bikin sate. Dulu Pakdhe Idris pernah jualan sate. Kakek nenek Menganti juga pernah jualan sate. Jadi nggak heran kalo ayah dan tante Ninik cukup piawai bikin sate. Nggak sampe jam 12, sate-sate sudah selesai ditusuk. Tidak semua daging dijadikan sate. Karena sebagian dipotong-potong dicampurkan ke gule yang sudah terisi bagian-bagian lain dari kambing.
Jam sudah menunjukkan pukul 14 siang. Masakan sudah siap semua. Kue-kue juga sudah siap. Mulai dibungkusin dan dikemas untuk dibagi-bagikan ke sodara. Sodara-sodara Menganti ternyata banyak banget.
Di antara aktivitas bungkus membungkus, tamu-tamu juga mulai berdatangan. Pokoknya suasana rumah tuh rame bannget. Hiruk pikuk.
Sekitar jam 4, ayah berangkat ke Surabaya. Nganterin bingkisan ke famili yang di Surabaya. Termasuk ke kantor ayah yang di perak, rumah sakit Adi Husada tempat ibu kerja, kos-kosan ayah yang di Mojoklangru dan Gebang Wetan.
Sementara itu kakek nenek Karanggayam juga sudah dateng dan bantu-bantu kesibukan di rumah Menganti. Mertua dan suami tante Ninik juga tampak sibuk bantu-bantu sebisanya.
Selepas magrib, acara dimulai. Tetangga-tetangga pada berdatangan ngikutin acara diba' bersama. Rambut Icha juga dipotong. Halaman depan rumah penuh oleh para tamu yang datang. Sekitar jam 7-an acara berakhir. Di waktu yang bersamaan ayah juga baru dateng dari nganter-nganter ke Surabaya.
Berikutnya, orang-orang yang hadir di acara aqiqahan Icha psatu demi satu meninggalkan rumah Menganti. Kakek Nenek Karanggayam juga pamitan. Jam 9 malem, tinggal beberapa orang saja yang masih kelihatan bersih-bersih rumah.
Akhirnya, rumah Menganti sudah sepi. Pesta sudah berakhir, ayah juga kelihatan kecapekan. Lucunya, ayah sempet agak senewen, karena ketika mulai merasa laper, ternyata masakan dan kue sudah ludes semua. Beruntung masih ada beberapa tusuk sate yang akhirnya digunakan ayah untuk makan malem, serta sisa-sisa kuah yang masih tersisa. Ayah memang boleh menyantap sate tersebut, berbeda dengan Icha yang nggak boleh memakan daging hasil aqiqahan. Kalo pun boleh, Icha tentu belum bisa makan sate atau gule.
Ayah nampak makan dengan lahap. Wajar aja ayah memang hari itu cuman sarapan aja dan nggak sempet makan siang.
Wah, baru kali ini Icha ngelihat puluhan orang tumplek blek di rumah Menganti. Baru tahu nih kalo sodara Icha di Menganti itu benar-benar keluarga super besar.
Sunday, April 15, 2007
Boyongan Rame-Rame ke Menganti
Sabtu malem, seharusnya ayah mau berangkat ke Jember. Tapi akhirnya ayah memutuskan tidak jadi berangkat. Sehingga ayah, ibu, dan Icha bisa ke Menganti. Kami semua naik taksi Orenz, taksi langganannya ayah. Tahu gak sih, ini adalah perjalanan Icha yang paling lama.
Icha sendiri sebenernya ngantuk berat selama perjalanan. Mungkin karena ibu yang harus mengkonsumsi obat dan mengandung obat tidur, sehingga mau nggak mau Icha yang minum susu ASI ikutan terpengaruh.
Gerimis mengiringi perjalanan dari rumah Karanggayam sampe ke Menganti. Sebenarnya sih bukan Menganti, melainkan Hulaan. Tapi karena Hulaan adalah bagian dari kecamatan Menganti, maka kami semua tetep menyebut sebagai rumah Menganti.
Sampe di rumah Menganti sekitar jam 10 malem. Pintu rumah sudah tutupan, lampu ruang tamu juga udah dimatikan. Soalnya kakek nenek Menganti ngirain Icha nggak jadi dateng malem ini.
Begitu pintu dibukain, kakek nenek langsung menyambut ibu yang sedang nggendong Icha. Langsung dianterin ke kamar. Sementara ayah sibuk ngangkatin barang-barang dan karung beras yang dibawa dari Karanggayam.
Brarti Icha udah pindah tidur di 4 kamar berbeda. Pertama kamar bayi rumah sakit. Kedua kamar depan rumah Karanggayam. Ketiga kamar belakang rumah Karanggayam. Dan terakhir kamar di rumah Menganti.
Icha sendiri sebenernya ngantuk berat selama perjalanan. Mungkin karena ibu yang harus mengkonsumsi obat dan mengandung obat tidur, sehingga mau nggak mau Icha yang minum susu ASI ikutan terpengaruh.
Gerimis mengiringi perjalanan dari rumah Karanggayam sampe ke Menganti. Sebenarnya sih bukan Menganti, melainkan Hulaan. Tapi karena Hulaan adalah bagian dari kecamatan Menganti, maka kami semua tetep menyebut sebagai rumah Menganti.
Sampe di rumah Menganti sekitar jam 10 malem. Pintu rumah sudah tutupan, lampu ruang tamu juga udah dimatikan. Soalnya kakek nenek Menganti ngirain Icha nggak jadi dateng malem ini.
Begitu pintu dibukain, kakek nenek langsung menyambut ibu yang sedang nggendong Icha. Langsung dianterin ke kamar. Sementara ayah sibuk ngangkatin barang-barang dan karung beras yang dibawa dari Karanggayam.
Brarti Icha udah pindah tidur di 4 kamar berbeda. Pertama kamar bayi rumah sakit. Kedua kamar depan rumah Karanggayam. Ketiga kamar belakang rumah Karanggayam. Dan terakhir kamar di rumah Menganti.
Saturday, April 14, 2007
Ibu Sedang Sakit
Sejak kamis malem, 13 April 2007, ibu mulai mengeluh sakit. Padahal ayah baru pulang hari jumat.
Jumat siang, 14 April 2007, ayah pulang dari Jakarta. Tapi nggak langsung ke Karanggayam. Melainkan masih ngurusin kerjaan ini dan itu. Ayah baru sampe di rumah Karanggayam sekitar jam 7 malem.
Langsung deh ayah nganterin ibu ke RSB Adiguna, yang ada di alun-alun rangkah. Untungnya, ternyata ibu sakit bukan karena hal-hal yang dikhawatirkan sebelum berangkat ke dokter. Dokter rumah sakit ngasih resep untuk ibu, dan segera ditebus ayah di apotik K-24.
Sabtunya, ibu udah mulai mendingan. Udah membaik kesehatannya.
Jumat siang, 14 April 2007, ayah pulang dari Jakarta. Tapi nggak langsung ke Karanggayam. Melainkan masih ngurusin kerjaan ini dan itu. Ayah baru sampe di rumah Karanggayam sekitar jam 7 malem.
Langsung deh ayah nganterin ibu ke RSB Adiguna, yang ada di alun-alun rangkah. Untungnya, ternyata ibu sakit bukan karena hal-hal yang dikhawatirkan sebelum berangkat ke dokter. Dokter rumah sakit ngasih resep untuk ibu, dan segera ditebus ayah di apotik K-24.
Sabtunya, ibu udah mulai mendingan. Udah membaik kesehatannya.
Wednesday, April 11, 2007
Icha Sedang Rewel Nih
Beberapa hari ini ayah sedang ke Jakarta. Entah mengapa Icha sering gundah, jadinya ya sering ngambek. Ibu sampe mengeluh ngeliat tingkah laku Icha. Maaf ya Bu, Icha sudah bikin Ibu repot. Icha berusaha untuk lebih pinter, nggak rewel, dan nggak ngrepotin Ibu deh.
Friday, April 6, 2007
Pupak Puser
Bagi orang Jawa, pasti tau deh apa itu pupak puser. Itu lho, waktu lepas tali pusar kita. Dan bagi Icha, itu terjadi pagi ini. Jumat, 6 April 2007. Ketika abis dimandiin ama nenek Karanggayam, nah sewaktu dibedakin tiba-tiba pusar Icha copot.
Asyik Icha udah mulai besar nih, udah hampir umur 2 minggu.
Udah gitu, nenek cepet-cepet bikin bubur merah. Enak banget, kata kakek. Ayah aja yang baru dateng jam 10an langsung disodori ama ibu. Dan sepiring besar abis. Padahal katanya ayah abis sarapan di rumah Menganti.
Asyik Icha udah mulai besar nih, udah hampir umur 2 minggu.
Udah gitu, nenek cepet-cepet bikin bubur merah. Enak banget, kata kakek. Ayah aja yang baru dateng jam 10an langsung disodori ama ibu. Dan sepiring besar abis. Padahal katanya ayah abis sarapan di rumah Menganti.
Wednesday, April 4, 2007
Imunisasi Polio
Ini adalah kali kedua Icha dateng lagi ke Rumah Sakit untuk imunisasi. Dianter ama ayah dan ibu, yang juga sekalian periksa. Kalender menunjukkan tanggal 3 April 2007.
Kali ini Icha diimunisasi Polio yang pertama. Begitu sampe di rumah sakit, ayah ndaftarin ke Loket Pendaftaran. Selanjutnya antri nunggu giliran. Begitu dipanggil, ayah dan ibu langsung bawa Icha masuk. Baju icha dicopotin, selanjutnya Icha ditimbang. Olala, Icha skarang udah 3.8 kg. Brarti Icha udah naik 2 ons dibandingin waktu Icha baru lahir. Slain itu, Icha juga dipriksa suhunya dengan memasukkan thermometer ke lubang anus Icha. Suhu Icha 38 derajat, normal-normal saja.
Setelah baju Icha dipakein kembali, Icha diberi minum dari botol sambil nunggu giliran diimunisasi. Imunisasi polio dilakukan hanya dengan meneteskan dua tetes cairan imunisasi melalui mulut. Setelah ini, Icha selama 15 menit nggak boleh minum apa-apa. Supaya cairan yang diteteskan tadi dapat diserap tubuh dengan baik.
Kali ini Icha diimunisasi Polio yang pertama. Begitu sampe di rumah sakit, ayah ndaftarin ke Loket Pendaftaran. Selanjutnya antri nunggu giliran. Begitu dipanggil, ayah dan ibu langsung bawa Icha masuk. Baju icha dicopotin, selanjutnya Icha ditimbang. Olala, Icha skarang udah 3.8 kg. Brarti Icha udah naik 2 ons dibandingin waktu Icha baru lahir. Slain itu, Icha juga dipriksa suhunya dengan memasukkan thermometer ke lubang anus Icha. Suhu Icha 38 derajat, normal-normal saja.
Setelah baju Icha dipakein kembali, Icha diberi minum dari botol sambil nunggu giliran diimunisasi. Imunisasi polio dilakukan hanya dengan meneteskan dua tetes cairan imunisasi melalui mulut. Setelah ini, Icha selama 15 menit nggak boleh minum apa-apa. Supaya cairan yang diteteskan tadi dapat diserap tubuh dengan baik.
Sunday, April 1, 2007
Dikunjungin Lagi Ama Temen-Temennya Ayah
Sore ini, 31 Maret 2007 Icha dikunjungin lagi ama temen-temennya ayah sesama penggemar kambing. Ada Oom Peter ama Tante Varia, ada Oom Dauf (Tante Pam-nya kemana Oom ?), ada Oom Dedy, Oom Paladin, dan juga Oom QQ ama Tante Danni.
Makanya ayah kok pulangnya buru-buru banget, ternyata temen-temennya pada mau dateng ngunjungin. Ayah itu memang pembalap. Dari Waru sampe rumah Karanggayam ditempuh gak sampe 20 menit.
Oom Dauf juga sempet-sempetnya ngambil foto Icha. Makanya Icha nge-gaya biar kelihatan cakep. Tahu gak, ternyata Oom Dauf moto2 itu tujuannya mau dipake untuk bukti otentik. Biar nanti kalo ditanya ama Tante Pam, bisa nunjukin bukti kalo emang udah ngunjungin Icha.
Oom Dauf juga nyeletuk kalo Icha mo dijadiin mantu ama Oom Peter. Soalnya kan Tante Varia skarang sedang hamil 8 bulan. Dan dari USG ketahuan kl anaknya kemungkinan besar cowok. Nggak papa kok Oom Peter, Icha nanti bisa dikenalin ama anaknya Oom. Tapi masalah jodoh menjodoh ntar dulu ya Oom. Kan Icha masih bayi, jadi masih lama banget mikirin perjodohan.
Oh ya Oom Dedy, Icha panggilannya pake "i" bukan "e". Jadi nggak usah takut tersaingi ya...
Makanya ayah kok pulangnya buru-buru banget, ternyata temen-temennya pada mau dateng ngunjungin. Ayah itu memang pembalap. Dari Waru sampe rumah Karanggayam ditempuh gak sampe 20 menit.
Oom Dauf juga sempet-sempetnya ngambil foto Icha. Makanya Icha nge-gaya biar kelihatan cakep. Tahu gak, ternyata Oom Dauf moto2 itu tujuannya mau dipake untuk bukti otentik. Biar nanti kalo ditanya ama Tante Pam, bisa nunjukin bukti kalo emang udah ngunjungin Icha.
Oom Dauf juga nyeletuk kalo Icha mo dijadiin mantu ama Oom Peter. Soalnya kan Tante Varia skarang sedang hamil 8 bulan. Dan dari USG ketahuan kl anaknya kemungkinan besar cowok. Nggak papa kok Oom Peter, Icha nanti bisa dikenalin ama anaknya Oom. Tapi masalah jodoh menjodoh ntar dulu ya Oom. Kan Icha masih bayi, jadi masih lama banget mikirin perjodohan.
Oh ya Oom Dedy, Icha panggilannya pake "i" bukan "e". Jadi nggak usah takut tersaingi ya...
Saturday, March 31, 2007
Icha Udah Pinter Angkat Kaki
Pagi ini Icha udah umur 5 hari. Icha udah mulai pinter angkat-angkat kaki lho. Bisa keangkat hampir tegak lurus. Ditemenin ayah ama ibu, Icha jadi tenang. Udah gitu, kakek nenek Karanggayam juga suka banget liat Icha. Bentar-bentar liat Icha. Makanya Icha jadi makin suka pasang aksi.
Friday, March 30, 2007
Icha Nggak Suka Box Bayi
Kemarin Jumat, 29 Maret 2007, hampir seharian Icha bobok setelah kecapekan pulang dari jalan-jalan ke rumah sakit sama ayah dan ibu. Tapi Icha mulai nggak nyaman bobok di box bayi yang selama ini biasa Icha pake. Icha lebih seneng bobok di kasur ama ibu.
Tuh, kan. Icha udah mulai gedhe ya. Sekarang Icha udah 3.7 kg. Naik 1 ons dibandingin waktu Icha baru lahir.
Icha juga udah mulai nggak mau minum susu formula yang selama ini jadi alternatif kalo pas ibu gak bisa nyusuin Icha. Icha lebih seneng nunggu sampe ibu siap nyusuin Icha. Kalo kelamaan dan Icha udah kerasa laper, baru Icha akan nangis biar ibu tahu kalo Icha ini laper dan haus.
Selain karena laper, Icha nangis kalo abis pipis/bab. Di luar itu Icha jarang nangis. Biar ayah ibu dan juga kakek nenek Karanggayam nggak repot.
Tuh, kan. Icha udah mulai gedhe ya. Sekarang Icha udah 3.7 kg. Naik 1 ons dibandingin waktu Icha baru lahir.
Icha juga udah mulai nggak mau minum susu formula yang selama ini jadi alternatif kalo pas ibu gak bisa nyusuin Icha. Icha lebih seneng nunggu sampe ibu siap nyusuin Icha. Kalo kelamaan dan Icha udah kerasa laper, baru Icha akan nangis biar ibu tahu kalo Icha ini laper dan haus.
Selain karena laper, Icha nangis kalo abis pipis/bab. Di luar itu Icha jarang nangis. Biar ayah ibu dan juga kakek nenek Karanggayam nggak repot.
Icha Kontrol ke RS untuk Imunisasi Hepatitis B
Pagi-pagi jam 8, hari Kamis, 29 Maret 2007, Icha diajak kontrol ama ayah dan ibu. Ternyata nggak cuman kontrol aja lho. Ternyata Icha mau diimunisasi lagi. Biar nanti bisa kebal ama penyakit.
Kali ini Icha diimunisasi Hepatitis B yang pertama. Brarti Icha udah 2 kali diimunisasi. Yang pertama kmaren imunisasi BCG ketika Icha baru lahir.
Waktu mau berangkat kontrol, Icha sempet didandanin. Dipake'in pampers untuk bayi baru lahir. Istilahnya sih New Born. Nggak enak deh rasanya. Tapi Icha harus make itu, supaya nanti selama kontrol Icha nggak ngrepotin ayah dan ibu kalo tiba-tiba Icha pipis atau BAB.
Sebelum diimunisasi, Icha sempat ditimbang dan diperiksa kesehatannya. Berat Icha ternyata sudah 3.7 kg. Naik 1 ons dibandingin ama waktu Icha baru lahir. Padahal Icha baru 3 hari lho umurnya.
Pas lagi di ruang tunggu untuk tahap pemeriksaan berikutnya juga sempet ada ibu-ibu yang nanya ama ayah tentang umur Icha. Begitu ayah njawab 3 hari, sempet kaget juga si ibu-ibu tadi. Lho 3 hari kok udah sebesar ini.
Waktunya imunisasi tiba. Icha digendong ama ibu. Sementara ayah yang juga ikutan masuk ke ruangan megangin tas isi macem-macem ama gendongan merah muda.
Cusssss ... Jarumnya udah masuk. Udah gitu ada semacam cairan yang masuk ke tubuh Icha melalui jarum itu. Langsung deh Icha nangis kenceng-kenceng. Sakit sekali rasanya. Tapi nggak seberapa lama, ayah langsung ngasihin susu di botol ke Icha. Langsung deh Icha diem. Dan mimik susu dari botol tadi.
Setelah semuanya selesai, kami semua pulang ke rumah Nenek Karanggayam lagi.
Kali ini Icha diimunisasi Hepatitis B yang pertama. Brarti Icha udah 2 kali diimunisasi. Yang pertama kmaren imunisasi BCG ketika Icha baru lahir.
Waktu mau berangkat kontrol, Icha sempet didandanin. Dipake'in pampers untuk bayi baru lahir. Istilahnya sih New Born. Nggak enak deh rasanya. Tapi Icha harus make itu, supaya nanti selama kontrol Icha nggak ngrepotin ayah dan ibu kalo tiba-tiba Icha pipis atau BAB.
Sebelum diimunisasi, Icha sempat ditimbang dan diperiksa kesehatannya. Berat Icha ternyata sudah 3.7 kg. Naik 1 ons dibandingin ama waktu Icha baru lahir. Padahal Icha baru 3 hari lho umurnya.
Pas lagi di ruang tunggu untuk tahap pemeriksaan berikutnya juga sempet ada ibu-ibu yang nanya ama ayah tentang umur Icha. Begitu ayah njawab 3 hari, sempet kaget juga si ibu-ibu tadi. Lho 3 hari kok udah sebesar ini.
Waktunya imunisasi tiba. Icha digendong ama ibu. Sementara ayah yang juga ikutan masuk ke ruangan megangin tas isi macem-macem ama gendongan merah muda.
Cusssss ... Jarumnya udah masuk. Udah gitu ada semacam cairan yang masuk ke tubuh Icha melalui jarum itu. Langsung deh Icha nangis kenceng-kenceng. Sakit sekali rasanya. Tapi nggak seberapa lama, ayah langsung ngasihin susu di botol ke Icha. Langsung deh Icha diem. Dan mimik susu dari botol tadi.
Setelah semuanya selesai, kami semua pulang ke rumah Nenek Karanggayam lagi.
Tuesday, March 27, 2007
Asyik ... Pulang ke Rumah Nenek Karanggayam
Pagi-pagi, waktu ayah mbantu-mbantu ibu di kamar mandi, tiba-tiba Icha nongol. Sebenernya ayah udah tau sih kalo Icha dianterin ke kamar B401. Tapi ayah nggak cerita-cerita ke Ibu. Mungkin ayah mau kasih suprise kali ya ke ibu.
Bener aja. Ibu sempet kaget waktu liat Icha ada di ruangan. Udah deh akhirnya ayah dan ibu pada sibuk rebutan nggendong Icha. Wah, nggak nyaman banget deh. Tapi Icha maklum kok. Namanya aja mereka ini baru pertama punya anak. Jadi ya gitu deh.
Pas Icha pipis aja, ayah kayaknya bingung setengah mati gitu. Walau akhirnya bisa menangani dengan baik setelah dibantu ibu. Tapi ayah ini orangnya cepet belajar ya. Walau cuman ngelihatin caranya perawat nangani Icha, berikutnya ayah udah bisa action sendiri.
Nah, berikutnya Icha mencoba disusuin ama ibu. Ini adalah pertama kali Icha disusuin ama Ibu. Padahal udah lebih dari 24 jam Icha lahir. Harusnya Icha udah bisa disusuin ibu waktu malemnya. Tapi ibu kayaknya masih lemah, jadi blum bisa nyusuin ibu. Selain itu juga kayaknya tante-tante perawat nggak ngasih kesempatan supaya ibu bisa segera nyusuin Icha. Padahal sebenernya Icha pengen segera disusuin ibu beberapa saat setelah Icha dibersihkan di adzani dan di-iqomahi ayah. Seperti yang diterapkan di rumah sakit - rumah sakit lainnya.
Nggak lama kemudian Icha dijemput lagi ama tante perawat. Padahal Icha masih kangen ama ayah ibu lho.
Jam 10-an ayah pulang sambil mbawa sebagian besar perlengkapan persalinan ibu di rumah sakit. Tas item yang isinya notebook dan perkakas lainnya. Tas merah muda yang isinya peralatan persalinan. Tas plastik besar yang isinya macem-macem. Wah, ayah udah keliatan kayak tentara yang mau brangkat perang deh. Sementara ibu udah bisa jalan-jalan menyelesaikan urusan administrasi.
Nggak lama kemudian ayah dateng lagi sama Nenek Karanggayam untuk njemput ibu. Sebelum pulang, Icha sempet ditindik dulu untuk masang anting-anting. Daun telinga Icha diolesin ama cairan steril semacam alkohol, trus dilubangi ama jarum suntik. Trus begitu tembus, cantolan anting-anting ditancepin ke lubang jarum. Dengan cara ini ketika jarumnya ditarik, cantolan anting-anting bisa langsung masuk ke lubang yang dibuat tadi. Duh, sakit sekali rasanya. Makanya Icha langsung aja nangis.
Akhirnya kami semua pulang. Ibu, Icha, sama Nenek naik taksi. Sementara ayah naik motor Pio kesayangannya.
Sesampai di rumah Nenek Karanggayam, Icha udah disambut dengan kereta dorong biru ama kasur bayi warna merah muda.
Bener aja. Ibu sempet kaget waktu liat Icha ada di ruangan. Udah deh akhirnya ayah dan ibu pada sibuk rebutan nggendong Icha. Wah, nggak nyaman banget deh. Tapi Icha maklum kok. Namanya aja mereka ini baru pertama punya anak. Jadi ya gitu deh.
Pas Icha pipis aja, ayah kayaknya bingung setengah mati gitu. Walau akhirnya bisa menangani dengan baik setelah dibantu ibu. Tapi ayah ini orangnya cepet belajar ya. Walau cuman ngelihatin caranya perawat nangani Icha, berikutnya ayah udah bisa action sendiri.
Nah, berikutnya Icha mencoba disusuin ama ibu. Ini adalah pertama kali Icha disusuin ama Ibu. Padahal udah lebih dari 24 jam Icha lahir. Harusnya Icha udah bisa disusuin ibu waktu malemnya. Tapi ibu kayaknya masih lemah, jadi blum bisa nyusuin ibu. Selain itu juga kayaknya tante-tante perawat nggak ngasih kesempatan supaya ibu bisa segera nyusuin Icha. Padahal sebenernya Icha pengen segera disusuin ibu beberapa saat setelah Icha dibersihkan di adzani dan di-iqomahi ayah. Seperti yang diterapkan di rumah sakit - rumah sakit lainnya.
Nggak lama kemudian Icha dijemput lagi ama tante perawat. Padahal Icha masih kangen ama ayah ibu lho.
Jam 10-an ayah pulang sambil mbawa sebagian besar perlengkapan persalinan ibu di rumah sakit. Tas item yang isinya notebook dan perkakas lainnya. Tas merah muda yang isinya peralatan persalinan. Tas plastik besar yang isinya macem-macem. Wah, ayah udah keliatan kayak tentara yang mau brangkat perang deh. Sementara ibu udah bisa jalan-jalan menyelesaikan urusan administrasi.
Nggak lama kemudian ayah dateng lagi sama Nenek Karanggayam untuk njemput ibu. Sebelum pulang, Icha sempet ditindik dulu untuk masang anting-anting. Daun telinga Icha diolesin ama cairan steril semacam alkohol, trus dilubangi ama jarum suntik. Trus begitu tembus, cantolan anting-anting ditancepin ke lubang jarum. Dengan cara ini ketika jarumnya ditarik, cantolan anting-anting bisa langsung masuk ke lubang yang dibuat tadi. Duh, sakit sekali rasanya. Makanya Icha langsung aja nangis.
Akhirnya kami semua pulang. Ibu, Icha, sama Nenek naik taksi. Sementara ayah naik motor Pio kesayangannya.
Sesampai di rumah Nenek Karanggayam, Icha udah disambut dengan kereta dorong biru ama kasur bayi warna merah muda.
Rame-Rame Ngunjungin Icha
Senin, sejak lahir sampe malem. Icha banyak dikunjungin kerabat dan family, temen-temen ibu yang sesama perawat, sampe bos-nya ayah yang di Sumber Makmur juga nyempetin dateng.
Ayah sendiri, yang padahal hingga Senin sore blum sempet tidur lagi, nggak nampak capek menemani ibu untuk nyemoni semua yang hadir.
Kakek Nenek Menganti dan Karanggayam semua dateng. Ada juga Tante Tini yang nemenin Kakek dan Nenek Menganti. Rame deh pokoknya.
Udah gitu, lucunya lagi Nenek Menganti dan Nenek Karanggayam rebutan mbelikan anting-anting. Tapi Nenek Karanggayam akhirnya ngalah, karena datengnya duluan Nenek Menganti. Akhirnya anting-anting yang dari Nenek Karanggayam ditukerin ama cincin.
Ayah sendiri, yang padahal hingga Senin sore blum sempet tidur lagi, nggak nampak capek menemani ibu untuk nyemoni semua yang hadir.
Kakek Nenek Menganti dan Karanggayam semua dateng. Ada juga Tante Tini yang nemenin Kakek dan Nenek Menganti. Rame deh pokoknya.
Udah gitu, lucunya lagi Nenek Menganti dan Nenek Karanggayam rebutan mbelikan anting-anting. Tapi Nenek Karanggayam akhirnya ngalah, karena datengnya duluan Nenek Menganti. Akhirnya anting-anting yang dari Nenek Karanggayam ditukerin ama cincin.
Monday, March 26, 2007
Assalaamualaikum Dunia
Sekitar jam 6-an, ibu harus diinfus supaya bisa kuat waktu ngeluarin aku nanti. Gitu aja ibu udah seperti antara hidup dan mati. Ibu ditemani nenek-nenekku. Sementara ayah sedang tidur, istirahat setelah semaleman nemenin ibu menghadapi masa-masa sulit.
Jam setengah tujuh, ketuban mulai pecah. Nenek Menganti langsung njemput ayah yang sedang istirahat di ruang 4B01. Oh ya, selama dalam masa persalinan ibu mendapatkan kamar di ruang 4B01.
Ayah langsung lari menuju ke ruang VK tempat ibu sedang ngadepin masa-masa menegangkan. Ayah langsung masuk, dan langsung tanggap dengan apa yang harus dilakukan.
Ibu, pasti capek dan sakit. Supaya aku bisa keluar, harus nunggu sampe 4 kali masa kontraksi. Padahal tiap-tiap kontraksi ibu harus menyambung nafas panjang dan mengejan (apa sih bahasa yang cocok ?) agar aku bisa keluar.
Dan ... tepat pukul 7 di jam tangan ayah (jam tangan ayah ngikutin jamnya dunia lho), atau jam 7 lewat 5 di jam dinding yang ada di ruang VK ...
Dengan dibantu bidan Vero akhirnya aku bisa perlahan-lahan keluar ke dunia fana ini. Mula-mula kepalaku keluar. Lalu bidan Vero menarik kepalaku sambil menekan perlahan perut ibu. Rupanya ada tali pusar yang melilit di leherku. Untung tidak apa-apa. Aku sendiri tidak tahu apa saja yang aku lalukan saat itu. Yang jelas ketika semua anggota tubuhku sudah keluar, tiba-tiba kedua kakiku di angkat ke atas, dan tubuhku yang masih biru dimainkan sedemikian rupa oleh tangan cekatan bidan Vero. Lalu tante pembantu perawat dengan sigap menyedot lendir-lendir yang ada di mulut dan hidungku.
oweeekkkk .... oweekkkk .. oweeekkkk ..... Assalaamualaikum ...
(hehehe tentunya aku belum bisa mengucap salam dengan benar dong)
Aku langsung bisa melihat wajah ibu yang dipenuhi dengan peluh, serta wajah ayah yang dihiasi dengan mata yang basah oleh air. Yang jelas ayah sedang tidak sedih waktu itu, mungkin itu kali ya yang dinamakan air mata bahagia.
Berikutnya aku langsung dibawa ke ruang lain untuk dibersihkan, dan setelah bersih aku diselimuti dan selanjutnya diserahkan ke nenek Menganti. Tante pembantu perawat memanggil ayah. Sementara aku hanya bisa menangis. Entah apa yang aku rasakan saat itu.
Aku lahir dengan berat badan 3.6kg, dan tinggi badan 50cm. Kakek Nenek Karanggayam dan Nenek Menganti pada bilang kalo aku ini mirip banget ama ayah.
Tampak ayah berjalan mendekat, selanjutnya ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kananku. Dan ... rupanya ayah adzan. Memang adzannya ayah nggak begitu merdu. Tapi cukup membuatku terharu dan diam sesaat untuk menyimaknya. Selanjutnya ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kiriku. Ayah iqomat di telinga kiriku.
Setelah itu, aku digendong sebentar oleh ayah. Selanjutnya aku diserahkan ke kakek Karanggayam. Kakek pasti sangat gembira. Kelihatan deh dari raut mukanya.
Sudah ya semuanya. Segitu dulu yang bisa aku ceritakan. Doakan ya Icha bisa tumbuh menjadi anak yang berbakti pada ayah dan ibu. Menjadi anak yang sholehah dan diberi kekuatan iman oleh Allah SWT. Amiin.
Jam setengah tujuh, ketuban mulai pecah. Nenek Menganti langsung njemput ayah yang sedang istirahat di ruang 4B01. Oh ya, selama dalam masa persalinan ibu mendapatkan kamar di ruang 4B01.
Ayah langsung lari menuju ke ruang VK tempat ibu sedang ngadepin masa-masa menegangkan. Ayah langsung masuk, dan langsung tanggap dengan apa yang harus dilakukan.
Ibu, pasti capek dan sakit. Supaya aku bisa keluar, harus nunggu sampe 4 kali masa kontraksi. Padahal tiap-tiap kontraksi ibu harus menyambung nafas panjang dan mengejan (apa sih bahasa yang cocok ?) agar aku bisa keluar.
Dan ... tepat pukul 7 di jam tangan ayah (jam tangan ayah ngikutin jamnya dunia lho), atau jam 7 lewat 5 di jam dinding yang ada di ruang VK ...
Dengan dibantu bidan Vero akhirnya aku bisa perlahan-lahan keluar ke dunia fana ini. Mula-mula kepalaku keluar. Lalu bidan Vero menarik kepalaku sambil menekan perlahan perut ibu. Rupanya ada tali pusar yang melilit di leherku. Untung tidak apa-apa. Aku sendiri tidak tahu apa saja yang aku lalukan saat itu. Yang jelas ketika semua anggota tubuhku sudah keluar, tiba-tiba kedua kakiku di angkat ke atas, dan tubuhku yang masih biru dimainkan sedemikian rupa oleh tangan cekatan bidan Vero. Lalu tante pembantu perawat dengan sigap menyedot lendir-lendir yang ada di mulut dan hidungku.
oweeekkkk .... oweekkkk .. oweeekkkk ..... Assalaamualaikum ...
(hehehe tentunya aku belum bisa mengucap salam dengan benar dong)
Aku langsung bisa melihat wajah ibu yang dipenuhi dengan peluh, serta wajah ayah yang dihiasi dengan mata yang basah oleh air. Yang jelas ayah sedang tidak sedih waktu itu, mungkin itu kali ya yang dinamakan air mata bahagia.
Berikutnya aku langsung dibawa ke ruang lain untuk dibersihkan, dan setelah bersih aku diselimuti dan selanjutnya diserahkan ke nenek Menganti. Tante pembantu perawat memanggil ayah. Sementara aku hanya bisa menangis. Entah apa yang aku rasakan saat itu.
Aku lahir dengan berat badan 3.6kg, dan tinggi badan 50cm. Kakek Nenek Karanggayam dan Nenek Menganti pada bilang kalo aku ini mirip banget ama ayah.
Tampak ayah berjalan mendekat, selanjutnya ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kananku. Dan ... rupanya ayah adzan. Memang adzannya ayah nggak begitu merdu. Tapi cukup membuatku terharu dan diam sesaat untuk menyimaknya. Selanjutnya ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kiriku. Ayah iqomat di telinga kiriku.
Setelah itu, aku digendong sebentar oleh ayah. Selanjutnya aku diserahkan ke kakek Karanggayam. Kakek pasti sangat gembira. Kelihatan deh dari raut mukanya.
Sudah ya semuanya. Segitu dulu yang bisa aku ceritakan. Doakan ya Icha bisa tumbuh menjadi anak yang berbakti pada ayah dan ibu. Menjadi anak yang sholehah dan diberi kekuatan iman oleh Allah SWT. Amiin.
Sunday, March 25, 2007
Ibu Mulai Kontraksi
Nah, sabtu malem, 24 Maret 2007, sejak jam 8 malam ibu mulai sering ke belakang. Hingga akhirnya pada jam 10 malem, setelah ibu meminum setengah gelas milo hangat yang dibuatkan ayah, mereka berdua berangkat ke Rumah Sakit lagi. Saat itu kontraksi ibu sudah per 10 menit. Tapi tiap kontraksinya sendiri belum sampai 30 detik.
Sebenarnya aku kasihan melihat ibu seperti itu. Tapi aku juga harus keluar dari rahim beliau, karena jika tidak keluar justru malah akan berbahaya, baik untukku dan tentu saja untuk ibuku tercinta.
Sesampai di Rumah Sakit, ibu langsung ditempatkan di ruang VK. Itu lho, ruang yang dipakai untuk melahirkan. Di sana Ayah menemani ibu sampai pagi. Malamnya ayah sempat juga sih mbelikan ibu roti tawar dan 1 botol aqua.
Selama menemani ibu, semula ayah berkeras untuk menjaga ibu sambil duduk di kursi dekat ibu dibaringkan. Namun nampaknya ayah juga mengantuk, sambil terkantuk-kantuk akhirnya ayah bersedia pindah untuk tidur di kasur sebelah ibu.
Minggunya, jam setengah lima pagi Ayah pamitan untuk pulang. Sementara itu ibu tetep aja di RS. Waktu Ayah di rumah dan sedang mempersiapkan sesuatu yang bisa di bawa ke RS, ibu nge-SMS Ayah supaya tas besar yang isinya peralatan persalinanku tidak dibawa dulu. Karena kemungkinan ibu akan pulang lagi. Kata ibu, beliau nggak kerasan di RS. Aneh juga ya ibu ini, padahal kerjanya selama ini kan juga RS.
Ternyata ibu nggak jadi pulang. Setelah disuntik dengan perangsang persalinan, ibu mulai sering kontraksinya. Bahkan waktu jam 10 pagi kontraksinya sudah 2 dan berkembang menjadi 4 pada pukul 2 siang. Memang sih cukup lama untuk ukuran persalinan pada umumnya.
Sampe Senin pagi, aku belum juga mau keluar. Entah mengapa ya. Aku juga nggak tahu sebabnya. Yang pasti ibu merasakan sakit yang amat sangat selama hampir 24 jam. Hingga jam 5 pagi, ibu baru buka 8. Sungguh perjuangan yang sangat besar untuk melahirkanku. Sebuah pengorbanan yang seharusnya nggak akan aku lupakan selamanya.
Memang tidak salah jika surga itu di bawah telapak kaki ibu. Lha untuk melahirkanku saja nyawa ibu yang dipertaruhkan
Sebenarnya aku kasihan melihat ibu seperti itu. Tapi aku juga harus keluar dari rahim beliau, karena jika tidak keluar justru malah akan berbahaya, baik untukku dan tentu saja untuk ibuku tercinta.
Sesampai di Rumah Sakit, ibu langsung ditempatkan di ruang VK. Itu lho, ruang yang dipakai untuk melahirkan. Di sana Ayah menemani ibu sampai pagi. Malamnya ayah sempat juga sih mbelikan ibu roti tawar dan 1 botol aqua.
Selama menemani ibu, semula ayah berkeras untuk menjaga ibu sambil duduk di kursi dekat ibu dibaringkan. Namun nampaknya ayah juga mengantuk, sambil terkantuk-kantuk akhirnya ayah bersedia pindah untuk tidur di kasur sebelah ibu.
Minggunya, jam setengah lima pagi Ayah pamitan untuk pulang. Sementara itu ibu tetep aja di RS. Waktu Ayah di rumah dan sedang mempersiapkan sesuatu yang bisa di bawa ke RS, ibu nge-SMS Ayah supaya tas besar yang isinya peralatan persalinanku tidak dibawa dulu. Karena kemungkinan ibu akan pulang lagi. Kata ibu, beliau nggak kerasan di RS. Aneh juga ya ibu ini, padahal kerjanya selama ini kan juga RS.
Ternyata ibu nggak jadi pulang. Setelah disuntik dengan perangsang persalinan, ibu mulai sering kontraksinya. Bahkan waktu jam 10 pagi kontraksinya sudah 2 dan berkembang menjadi 4 pada pukul 2 siang. Memang sih cukup lama untuk ukuran persalinan pada umumnya.
Sampe Senin pagi, aku belum juga mau keluar. Entah mengapa ya. Aku juga nggak tahu sebabnya. Yang pasti ibu merasakan sakit yang amat sangat selama hampir 24 jam. Hingga jam 5 pagi, ibu baru buka 8. Sungguh perjuangan yang sangat besar untuk melahirkanku. Sebuah pengorbanan yang seharusnya nggak akan aku lupakan selamanya.
Memang tidak salah jika surga itu di bawah telapak kaki ibu. Lha untuk melahirkanku saja nyawa ibu yang dipertaruhkan
Salam Kenal Untuk Dunia ...
Assalaamualaikum ...
Perkenalkan namaku Icha, lengkapnya Adissya Maulidina Cahyani. Ayahku namanya Salim Suharis, sementara Asmaul Chusnah adalah nama ibuku.
Setelah 9 bulan lebih aku tinggal dalam kandungan ibuku tercinta, maka pada hari Jumat, 23 Maret 2006 aku sudah mulai berusaha untuk keluar. Sebelum ayahku sholat Jumat, ibuku mulai mengeluarkan flek darah sebagai pertanda bahwa aku sudah waktunya untuk keluar melihat dunia ini. Orang biasa menyebut dengan istilah HIS.
Nampaknya setelah kejadian itu, ibu berkonsultasi dengan teman-temannya di rumah sakit. Dan ternyata ibu disarankan untuk segera memeriksakan ke rumah sakit. Akhirnya setelah ayahku sholat Jumat, mereka berdua segera berangkat ke Rumah Sakit Adi Husada di Kapasari.
Setelah diperiksa baru buka 1. Perawat dan bidan menganjurkan untuk tinggal beberapa lama di rumah sakit. Karena belum ada perkembangan yang berarti akhirnya ayah dan ibu pulang kembali.
Perkenalkan namaku Icha, lengkapnya Adissya Maulidina Cahyani. Ayahku namanya Salim Suharis, sementara Asmaul Chusnah adalah nama ibuku.
Setelah 9 bulan lebih aku tinggal dalam kandungan ibuku tercinta, maka pada hari Jumat, 23 Maret 2006 aku sudah mulai berusaha untuk keluar. Sebelum ayahku sholat Jumat, ibuku mulai mengeluarkan flek darah sebagai pertanda bahwa aku sudah waktunya untuk keluar melihat dunia ini. Orang biasa menyebut dengan istilah HIS.
Nampaknya setelah kejadian itu, ibu berkonsultasi dengan teman-temannya di rumah sakit. Dan ternyata ibu disarankan untuk segera memeriksakan ke rumah sakit. Akhirnya setelah ayahku sholat Jumat, mereka berdua segera berangkat ke Rumah Sakit Adi Husada di Kapasari.
Setelah diperiksa baru buka 1. Perawat dan bidan menganjurkan untuk tinggal beberapa lama di rumah sakit. Karena belum ada perkembangan yang berarti akhirnya ayah dan ibu pulang kembali.
Subscribe to:
Posts (Atom)